Keturunan Nabi Ibrahim disebut “bani Ibrahim” oleh orang Mesir. Jadi, dalam cerita ini kalau disinggung-singgung tentang “bani Ibrahim”, itu maksudnya adalah keturunan Nabi Ibrahim.
Keturunan Nabi Ibrahim, yaitu keluarga Nabi Yakub, beranak cucu sangat banyak. Jumlah mereka bertambah dengan cepat sekali sehingga negeri Mesir penuh dengan mereka.
Tahun berganti tahun, lama sesudah Nabi Yusuf dan kakak-kakaknya meninggal, seorang raja baru yang tidak mengenal Nabi Yusuf mulai memerintah di Mesir. Sang raja khawatir keturunan Nabi Ibrahim akan semakin banyak lagi. Jadi, mereka dipaksa untuk bekerja keras. Akibatnya banyak di antara mereka yang meninggal.
Namun ada juga di antara mereka yang tidak meninggal meskipun pekerjaan mereka sangat berat dan kasar. Mereka diberkati oleh Allah sehingga mereka bertambah lebih banyak lagi.
Kemudian raja Mesir yang jahat itu memberi perintah kepada bidan-bidan yang menolong wanita-wanita bani Ibrahim bersalin. Katanya, “Pada waktu kamu menolong wanita dari bani Ibrahim bersalin, kalau anak yang lahir itu laki-laki, bunuhlah dia! Kalau anak yang lahir itu perempuan, biarkan dia hidup.”
Apakah bidan-bidan itu membunuh bayi laki-laki itu? Tidak. Mereka takut kepada Allah dan tidak mau melakukan perintah raja yang jahat itu. Ketika ditanya, “Mengapa kamu membiarkan anak-anak laki-laki bani Ibrahim hidup?”, mereka menjawab, “Wanita bani Ibrahim tidak seperti wanita Mesir. Mereka gampang sekali melahirkan. Sebelum bidan datang, anaknya sudah lahir.” Maka Allah memberkati bidan-bidan itu karena mereka menghormati Allah.
Lalu raja memberi perintah ini kepada seluruh rakyat: “Tiap anak laki-laki bani Ibrahim yang baru lahir harus dibuang ke Sungai Nil, tetapi semua anak perempuan boleh dibiarkan hidup.”
Pada masa itu ada seorang bayi laki-laki yang dilahirkan. Orang tuanya melihat bahwa bayi itu sangat elok. Mereka menyembunyikannya selama tiga bulan. Bayangkanlah! Apakah mudah menyembunyikan bayi kalau ada musuh-musuh yang mencarinya? Bagaimana kalau bayi itu menangis ketika orang Mesir lewat? Susah bukan?
Semakin lama semakin sulit untuk menyembunyikan bayi itu. Jadi, ibu itu mengambil sebuah keranjang dan melapisnya dengan ter supaya jangan kemasukan air. Ia menaruh bayinya ke dalam keranjang itu, dan membawanya ke Sungai Nil. Keranjang yang berisi seorang bayi itu ditaruh di tengah-tengah rumpun gelagah yang ada di tepi Sungai Nil. Kakak perempuan bayi itu, yang bernama Maryam, berdiri agak jauh dari situ untuk melihat apa yang akan terjadi dengan adiknya.
Sementara itu datanglah putri raja. Ia datang ke sungai untuk mandi. Tiba-tiba putri raja melihat keranjang itu di tengah-tengah rumpun gelagah, lalu ia menyuruh seorang hamba perempuan mengambilnya. Putri raja membuka keranjang itu, dan melihat ada seorang bayi yang sedang menangis di dalamnya. Putri raja merasa kasihan kepadanya dan berkata, “Ini anak bani Ibrahim.”
Lalu kakak bayi itu, Maryam, bertanya kepada putri raja, “Maukah Tuan Putri saya carikan seorang ibu dari bani Ibrahim untuk menyusui bayi itu?”
“Baiklah”, jawab putri raja. Maka pergilah gadis itu dan memanggil ibunya sendiri. Kata putri raja kepada ibu itu, “Bawalah bayi ini, susuilah dia untukku, nanti Ibu akan ku beri upah.”
Waktu bayi itu sudah agak besar, ibunya menyerahkannya kepada putri raja. Lalu putri raja menjadikan bayi itu anak angkatnya. Katanya, “Ia kuberi nama Musa sebab ku ambil dia dari air.”
Comments 1