Nabi Yusuf adalah anak Nabi Yakub. Ia adalah putra yang paling dikasihinya. Kakak-kakaknya iri dan cemburu kepadanya. Mereka menjual Nabi Yusuf untuk dijadikan hamba. Nabi Yusuf lalu dibawa ke Mesir oleh kafilah.
Di Mesir Nabi Yusuf menjadi hamba Potifar. Nabi Yusuf menjadi hamba yang jujur dan rajin. Akan tetapi, ia difitnah oleh istri Potifar sehingga Nabi Yusuf dipenjarakan. Baik di rumah Potifar maupun di penjara, Nabi Yusuf selalu berhasil karena Allah memberkati dan menolongnya.
Dua pelayan raja Mesir dipenjarakan oleh raja, tetapi satu di antaranya, yaitu pengurus minuman dibebaskan dan dikembalikan kepada jabatannya yang semula. Sementara itu yang satunya lagi, yaitu pengurus roti, dihukum mati. Pengurus minuman ditolong oleh Nabi Yusuf di penjara, tetapi setelah ia dibebaskan, ia tidak ingat lagi kepada Nabi Yusuf.
Setelah lewat dua tahun, raja Mesir bermimpi. Pagi berikutnya sang raja merasa gelisah. Sang raja memanggil semua tukang sihir dan orang berilmu di Mesir. Lalu sang raja menceritakan mimpi-mimpinya kepada mereka, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat menerangkan artinya.
Akhirnya pengurus minuman ingat kepada Nabi Yusuf. Katanya kepada sang raja, “Hari ini hamba harus mengaku kesalahan hamba. Dahulu Baginda marah kepada pengurus roti dan kepada hamba, lalu kami dipenjarakan. Pada suatu malam kami berdua bermimpi. Pelayan kepala pengawal istana itu yang bernama Yusuf menerangkan arti mimpi itu.
Ternyata semuanya tepat seperti yang dikatakannya. Baginda mengembalikan hamba kepada jabatan hamba semula, tetapi menghukum mati pengurus roti itu.”
Maka sang raja memanggil Nabi Yusuf untuk menghadap. Setelah Nabi Yusuf mandi dan ganti pakaian, ia menghadap raja.
Kata sang raja kepadanya, “Aku bermimpi, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat menerangkan artinya. Ada yang berkata bahwa engkau dapat menerangkan arti mimpi.”
Nabi Yusuf menjawab, “Bukan hamba, Tuanku, melainkan Allah yang akan memberikan penjelasan yang tepat.”
Lalu berkatalah raja: “Aku bermimpi bahwa aku sedang berdiri di tepi Sungai Nil. Lalu keluarlah dari sungai itu tujuh sapi yang gemuk dan sehat. Sapi-sapi itu makan rumput di tepi sungai itu. Kemudian muncul pula 7 sapi yang terkurus di seluruh Mesir. Sapi-sapi yang kurus itu memakan habis ketujuh sapi yang gemuk tadi. Tetapi setelah itu sapi-sapi yang kurus itu masih tetap kurus.
Lalu aku terbangun, kemudian aku tertidur lagi dan bermimpi lagi. Aku melihat 7 bulir gandum yang padat berisi dan matang, tumbuh pada satu tangkai, lalu tumbuh pula 7 bulir gandum yang kurus-kurus dan yang menjadi kering oleh tiupan angin gurun. Bulir gandum yang kurus itu menelan bulir yang padat berisi tadi.”
Lalu kata Nabi Yusuf kepada raja, “Kedua mimpi itu sama artinya. Allah telah memberitahu Tuan apa yang akan dilakukan-Nya. Tujuh sapi yang gemuk itu dan tujuh bulir gandum yang padat berisi ialah tujuh tahun masa kemakmuran di seluruh negeri Mesir. Tujuh sapi yang kurus dan tujuh bulir gandum yang kurus dan kering itu ialah tujuh tahun masa kelaparan. Jadi setelah tujuh tahun kemakmuran akan datang tujuh tahun kelaparan. Masa yang makmur itu akan terlupakan karena masa kelaparan itu dahsyat sekali.”
“Karena itu, sebaiknya Tuanku memilih seseorang yang cerdas dan bijaksana. Berilah kuasa kepadanya untuk mengatur negeri ini.
Selama tujuh tahun kemakmuran, simpanlah gandum-gandum di kota-kota, dan jagalah. Gandum itu akan menjadi persediaan makanan selama tujuh tahun masa kelaparan. Dengan demikian, rakyat tidak akan mati kelaparan.”
Raja menyetujui rencana Nabi Yusuf itu dan berkata, “Tak mungkin kita mendapat orang lain yang lebih cocok daripada engkau Yusuf, sebab engkau dipimpin oleh Roh Allah . Yusuf, engkau akan kuangkat menjadi gubernur untuk mengurus semua perkara di Mesir. Hanya aku sajalah yang lebih berkuasa daripadamu.”
Raja memberikan cincin, jubah yang halus, dan sebuah rantai emas kepada Nabi Yusuf.
Nabi Yusuf berumur 30 tahun pada waktu ia menjadi gubernur. Allah sudah mengeluarkan Nabi Yusuf dari penjara dan membawanya ke istana raja Mesir.