Sudah tiga tahun tidak ada hujan di Israil. Pada suatu hari, Allah berkata kepada Nabi Elia, “Pergilah untuk memberitahu Raja Ahab bahwa tidak lama lagi Aku akan menurunkan hujan,” maka berangkatlah Nabi Elia.
Pada waktu Raja Ahab melihat Nabi Elia, ia berseru, “Ini dia si pengacau di Israil!”
Jawab Nabi Elia, “Saya bukan pengacau, tetapi Baginda sendiri. Dengan menyembah berhala-berhala Baal, Baginda melanggar perintah Allah. Sekarang, perintahkanlah kepada seluruh rakyat Israil untuk bertemu dengan saya di Gunung Karmel. Bawa juga keempat ratus lima puluh nabi Baal.
Ahab mengerahkan seluruh rakyat dan nabi-nabi Baal itu ke Gunung Karmel. Lalu Nabi Elia mendekati rakyat itu dan berkata, “Sampai kapan kalian mau tetap menyembah dewa! Kalau Tuhan itu Allah, sembahlah Allah! Kalau Tuhan itu Baal, sembahlah Baal!” Rakyat yang berkumpul di situ diam saja.
Kemudian Nabi Elia berkata, “Di antara nabi-nabi Allah hanya sayalah yang tertinggal, padahal di sini ada 450 nabi Baal. Mari kita lihat siapakah Tuhan yang benar. Suruhlah nabi-nabi Baal itu mengambil seekor sapi jantan dan menyembelihnya, kemudian memotong-motongnya, lalu meletakkannya di atas kayu api. Tetapi mereka tidak boleh menyalakan api di situ. Saya akan menyembelih seekor sapi lagi dan memotong-motongnya serta meletakkannya di atas kayu api. Tapi saya pun tidak akan menyalakan api di situ. Biarlah nabi-nabi Baal itu berdoa kepada dewa mereka, dan saya pun akan berdoa kepada Allah. Yang menjawab dengan mengirim api, Dialah Tuhan yang benar.”
Seluruh rakyat berteriak, “Setuju!”
Lalu nabi-nabi Baal memilih seekor sapi dan menyiapkannya. Setelah itu mereka berdoa kepada Baal dari pagi sampai tengah hari sambil berteriak-teriak, “Jawablah kami, Baal!” Mereka melakukan itu sambil terus menari-nari di sekeliling tempat daging sapi yang mereka letakkan. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali.
Pada tengah hari mulailah Nabi Elia mengejek mereka. “Berdoalah lebih keras lagi! Ia ilah, bukan? Mungkin ia sedang melamun, atau ia sedang bepergian! Atau barangkali ia sedang tidur, dan kalian harus membangunkan dia!” Nabi-nabi Baal itu berdoa lebih keras lagi. Dan seperti biasanya, mereka menggores-gores badan mereka dengan pedang dan tombak sampai darah bercucuran.
Itulah yang mereka lakukan terus-menerus sampai petang hari seperti orang kesurupan. Meskipun demikian, tetap saja tidak ada yang menjawab, tidak ada yang memperhatikan.
Lalu Nabi Elia memanggil rakyat untuk berkumpul di sekelilingnya, kemudian ia mulai memperbaiki tempat peribadatan yang telah runtuh. Dengan batu-batu, Nabi Elia membangun kembali tempat ibadat kepada Allah. Di sekeliling tempat itu ia menggali parit yang cukup besar sehingga dapat menampung kurang lebih 15 liter air. Ia menyusun kayu api di atas tempat persembahan kurban, lalu daging sapi dipotong-potong dan ditaruhnya di atas kayu itu. Kemudian ia berkata, “Isilah 4 tempayan dengan air sampai penuh, lalu tuangkan air itu ke atas persembahan kurban dan ke atas kayunya.” Setelah mereka melakukan hal itu, ia berkata, “Sekali lagi,” lalu mereka melakukannya. “Satu kali lagi,” kata Nabi Elia, dan mereka melakukannya pula. Maka mengalirlah air di sekeliling tempat peribadatan itu sehingga paritnya pun penuh air.
Lalu Nabi Elia mendekati tempat itu dan berdoa, “Ya Allah, Tuhan yang disembah oleh Ibrahim, Ishak, dan Yakub, nyatakanlah sekarang ini bahwa Engkaulah Allah Yang Maha Esa, dan saya hamba-Mu. Jawablah, Ya Allah! Jawablah saya supaya rakyat ini tahu bahwa Engkau, ya Allah, adalah Tuhan, dan bahwa hanya kepada-Mu sajalah mereka akan kembali.”
Lalu Allah mengirim api dari langit. Api itu membakar hangus daging kurban bersama kayu apinya, batu-batunya, dan tanahnya, serta menjilat habis air yang ada di dalam parit itu. Pada saat rakyat melihat hal itu, mereka tersungkur ke tanah sambil berkata, “Allah itu adalah Tuhan! Sungguh Allahlah Tuhan yang benar!”
Kemudian berkatalah Nabi Elia, “Tangkap nabi-nabi Baal itu! Jangan biarkan seorang pun lolos!” Lalu semua nabi Baal itu dibunuh pada hari itu juga, dan Allah Yang Maha Esa dan Yang Mahakuasa dimuliakan. Orang-orang yang ada di situ bertahmid memuji Allah.
Setelah itu berkatalah Nabi Elia kepada Raja Ahab, “Sebentar lagi akan hujan, silakan Raja Ahab pergi!” Lalu Raja Ahab pergi dan Nabi Elia naik ke atas Gunung Karmel. Lalu Allah menurunkan hujan lebat ke negeri Israil yang sudah sangat kekeringan.