Stefanus adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah gereja mula-mula, seorang pria yang dikenal penuh iman dan Roh Kudus. Kisahnya tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul, menggambarkan bagaimana dia menghadapi tuduhan palsu, memberikan pembelaan yang penuh hikmat, dan tetap teguh dalam iman hingga akhir hidupnya. Melalui kehidupannya, kita belajar tentang keberanian untuk bersaksi, iman yang tak tergoyahkan, dan kasih yang luar biasa bahkan terhadap mereka yang memusuhinya.
Latar Belakang Stefanus
Pelayan yang Penuh Iman dan Roh Kudus
Stefanus adalah salah satu dari tujuh diaken yang dipilih oleh gereja mula-mula untuk melayani kebutuhan jemaat. Dia dikenal bukan hanya sebagai pelayan yang setia, tetapi juga sebagai orang yang penuh iman dan kuasa, melakukan tanda-tanda dan mukjizat di tengah umat.
“Dan Stefanus, penuh dengan iman dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.”
— Kisah Para Rasul 6:8
Tuduhan Palsu terhadap Stefanus

Dihadapkan di Mahkamah Agama
Keberhasilan Stefanus menarik perhatian para pemimpin agama yang merasa terganggu oleh hikmat dan kuasa Roh Kudus yang ada padanya. Tidak mampu melawan argumennya, mereka mengarang tuduhan palsu, menuduh Stefanus menghujat Allah dan Musa serta berbicara melawan Bait Allah.
“Lalu mereka membangkitkan orang-orang untuk berkata, ‘Orang ini terus-menerus mengatakan hal-hal yang menentang tempat kudus ini dan hukum Taurat.’”
— Kisah Para Rasul 6:13
Meski dihadapkan pada tuduhan yang berat, Stefanus tetap tenang dan wajahnya bersinar seperti malaikat, mencerminkan kehadiran Allah di dalam dirinya.
Pembelaan Stefanus yang Penuh Hikmat
Menyoroti Sejarah Israel
Alih-alih membela dirinya sendiri, Stefanus memberikan khotbah panjang tentang sejarah Israel, dimulai dari panggilan Abraham, perbudakan di Mesir, hingga Musa yang dipanggil sebagai pembebas. Dia menyoroti pola pemberontakan bangsa Israel terhadap Allah dan para utusan-Nya.
“Musa inilah yang mereka tolak dengan berkata: Siapa yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?”
— Kisah Para Rasul 7:35
Pesan tentang Bait Allah
Stefanus juga menekankan bahwa Allah tidak pernah sepenuhnya berdiam dalam bangunan buatan manusia. Hal ini menjadi kritik terhadap cara berpikir yang terlalu terikat pada simbol fisik seperti Bait Allah.
“Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku?”
— Kisah Para Rasul 7:49
Teguran kepada Pemimpin Agama
Pada puncak khotbahnya, Stefanus dengan tegas menegur para pemimpin agama sebagai orang yang keras kepala, menolak Roh Kudus, dan mengkhianati Yesus, Sang Mesias.
“Kamu selalu menentang Roh Kudus; seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.”
— Kisah Para Rasul 7:51
Kematian Stefanus: Teladan Kasih dan Pengampunan

Penglihatan Kemuliaan Allah
Ketika kemarahan para pemimpin agama memuncak, Stefanus, penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit dan melihat kemuliaan Allah serta Yesus berdiri di sebelah kanan-Nya. Deklarasi ini semakin menyulut kemarahan mereka.
“Lihat! Aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah!”
— Kisah Para Rasul 7:56
Doa bagi Para Musuhnya
Meskipun dirajam dengan batu hingga mati, Stefanus tetap menunjukkan kasih yang luar biasa. Dia menyerahkan rohnya kepada Yesus dan memohon agar dosa para musuhnya tidak ditanggungkan kepada mereka.
“Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka!”
— Kisah Para Rasul 7:60
Dampak Kematian Stefanus

Titik Balik dalam Sejarah Gereja
Kematian Stefanus menjadi titik balik penting dalam sejarah gereja mula-mula. Peristiwa ini memicu penganiayaan besar, yang ironisnya menyebarkan Injil ke seluruh wilayah.
“Mereka semua, kecuali para rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.”
— Kisah Para Rasul 8:1
Pertemuan Pertama dengan Saulus
Di tempat eksekusi Stefanus, berdirilah seorang pemuda bernama Saulus yang menyetujui pembunuhan itu. Saulus, yang kelak akan dikenal sebagai rasul Paulus, membawa Injil kepada bangsa-bangsa.
“Dan mereka meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda bernama Saulus.”
— Kisah Para Rasul 7:58
Kesimpulan
Kisah Stefanus adalah pengingat kuat bahwa iman sejati sering kali membutuhkan pengorbanan besar. Sebagai saksi pertama yang menyerahkan hidupnya bagi Injil, Stefanus memberikan teladan tentang bagaimana hidup dengan iman, berbicara dengan hikmat, dan mati dengan kasih. Mari kita jadikan hidup Stefanus sebagai inspirasi untuk menjalani kehidupan yang memuliakan Allah, apa pun tantangannya.