Beberapa tahun sudah berlalu sejak Sadrakh, Mesakh, dan Abednego diselamatkan dari perapian yang menyala-nyala. Raja yang terdahulu sudah diganti oleh putranya yang bernama Belsyazar.
Pada suatu hari Raja Belsyazar mengundang seribu orang pembesar untuk menghadiri pestanya yang mewah. Mereka semua datang. Ketika makanan dihidangkan, mereka mulai makan. Mangkuk-mangkuk yang mereka pakai untuk makan dan minum terbuat dari emas dan perak — bagus sekali, bukan? Dahulu mangkuk-mangkuk itu dipakai di tempat ibadah Allah yang mahatinggi!
Ingat? Ketika Raja Nebukadnezar mengalahkan Yerusalem, ia membakar habis Bait Allah yang ada di situ. Ia mengambil segala sesuatu yang dipakai untuk menyembah Allah dari tempat ibadah itu supaya dibawa ke Babil. Semuanya itu terbuat dari emas dan perak. Sekarang putranya, Raja Belsyazar, dan teman-temannya sedang memakai mangkuk suci itu untuk minum-minum anggur. Mereka juga memuji-muji dewa-dewa mereka yang terbuat dari emas, perak, tembaga, kayu, dan batu.
Tiba-tiba tampaklah sebuah tangan yang menuliskan sesuatu pada dinding istana di mana semua orang dapat melihatnya.
Raja Belsyazar menjadi pucat pasi dan begitu ketakutan sehingga lututnya gemetaran. Ia berteriak, “Barangsiapa dapat membaca tulisan itu dan memberitahu aku artinya, akan kuberi jubah ungu dan kalung emas. Selain itu ia akan kuangkat menjadi penguasa ketiga dalam kerajaanku.”
Para cerdik pandai melihat tulisan di dinding, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat membacanya. Raja Belsyazar menjadi lebih takut lagi!
Mendengar teriakan-teriakan raja dan para tamunya, ibunda raja masuk ke dalam ruang pesta. Ketika ia melihat tulisan yang aneh itu, ia berkata, “Mengapa engkau takut? Ada seseorang di istana yang dapat menolong. Ia sangat bijaksana. Ia pernah menolong Nebukadnezar, dan ia pasti dapat memberitahu arti tulisan itu. Namanya Daniel.”
Dengan segera Nabi Daniel dibawa menghadap raja. Lalu bertanyalah raja kepadanya, “Engkaukah Daniel yang telah dibawa oleh ayahku dari Tanah Israil? Kudengar bahwa engkau mempunyai pengertian dan hikmat yang luar biasa. Jika engkau dapat membaca tulisan ini dan memberitahu artinya, engkau akan kuberi jubah ungu dan kalung emas. Selain itu engkau akan kuangkat menjadi penguasa ketiga dalam kerajaanku.”
Jawab Nabi Daniel, “Tuanku tak perlu memberi hadiah-hadiah itu kepadaku; berikan sajalah kepada orang lain. Aku akan membaca tulisan itu untuk Tuanku.”
“Nebukadnezar, ayah Tuanku, menjadi raja agung. Allah yang mahatinggi memberikannya kebesaran dan kemasyhuran. Tetapi ayah Tuanku menjadi sombong. Jadi, ia dihukum oleh Allah. Akalnya menjadi seperti akal binatang. Akhirnya ia mengakui bahwa Allah yang mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia. Ia dapat memberikannya kepada siapa saja yang dipilih-Nya.”
“Walaupun Tuanku, Belsyazar, tahu semuanya itu, Tuanku tidak mau merendahkan diri. Baginda berani memakai mangkuk-mangkuk suci dari Bait Allah di Yerusalem untuk minum anggur sambil memuji-muji dewa-dewa yang terbuat dari emas, perak, tembaga, dll. Dewa-dewa itu tidak dapat melihat atau mendengar atau mengerti apa-apa. Tuanku tidak menghormati Allah yang menentukan hidup dan mati Tuanku.”
“Inilah tulisan itu: ‘MENE, MENE, TEKEL, UPHARSIN’, yang berarti ‘dihitung, dihitung, ditimbang, dibagi.’ Dan inilah artinya: Dihitung, masa pemerintahan Tuanku telah dihitung oleh Allah dan diakhiri-Nya; ditimbang, Tuanku telah ditimbang dan didapati tidak memuaskan; dibagi, kerajaan Tuanku dibagi dan diberikan kepada orang Media dan Persia.”
Raja Belsyazar percaya akan penjelasan Nabi Daniel dan ia segera memberikan jubah ungu dan kalung emasnya kepada Nabi Daniel. Lalu ia mengangkat Nabi Daniel menjadi penguasa ketiga dalam kerajaannya.
Pada malam itu, kerajaan Babil dikalahkan oleh orang Media dan Persia. Raja Belsyazar dibunuh oleh Raja Persia yang bernama Darius. Kemudian Darius menjadi raja di Babil.