Pendahuluan
Salah satu pemahaman yang sering disalahartikan tentang kekristenan adalah gagasan bahwa orang Kristen dapat berbuat dosa seenaknya karena dosa-dosa mereka telah ditebus oleh Yesus Kristus. Klaim ini, yang sering kali disebut sebagai antinomianisme, mengabaikan prinsip-prinsip dasar ajaran Alkitab tentang kehidupan setelah penebusan.
Penebusan dan Tanggung Jawab Hidup Baru
Dasar Penebusan dalam Kekristenan
Penebusan yang diberikan oleh Yesus adalah dasar dari iman Kristen, namun apa yang diajarkan Alkitab adalah responsibilitas dan perubahan hidup sebagai bukti iman yang benar. Dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma, ia menulis, “Apakah kita akan terus berbuat dosa supaya kasih karunia bertambah banyak? Sekali-kali tidak! Bagaimana kita, yang telah mati terhadap dosa, masih dapat hidup di dalamnya?” (Roma 6:1-2).
Ayat ini menunjukkan bahwa penebusan bukanlah lisensi untuk berbuat dosa, melainkan panggilan untuk hidup baru yang terlepas dari kuasa dosa. Paulus mengajarkan bahwa dengan menerima Kristus, kita sebenarnya telah ‘mati’ terhadap dosa, dan oleh karena itu, kita dipanggil untuk hidup yang berbeda.
Iman dan Perbuatan dalam Kekristenan
Dalam surat Yakobus, kita menemukan pernyataan yang menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Yakobus menyatakan, “Sama seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian pula iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26). Ini menekankan bahwa iman sejati harus diwujudkan dalam tindakan yang mencerminkan perubahan hati dan kehidupan.
Transformasi Hati dan Perilaku
Kehidupan Baru dalam Kristus
Lebih lanjut, dalam surat Yohanes yang pertama, kita menemukan peringatan kuat tentang konsekuensi dari kehidupan yang terus-menerus dalam dosa. Yohanes menulis, “Setiap orang yang dilahirkan dari Allah tidak terus-menerus berbuat dosa, karena benih Allah ada di dalamnya; ia tidak dapat terus-menerus berbuat dosa, karena ia dilahirkan dari Allah” (1 Yohanes 3:9).
Ajaran ini menunjukkan bahwa kehadiran Kristus dalam hidup seorang percaya membawa perubahan yang nyata—tidak hanya pengampunan dosa tetapi juga transformasi hati dan perilaku. Ini bukan tentang kebebasan untuk berbuat dosa, tetapi tentang kebebasan dari kuasa dosa.
Kasih Karunia yang Mengubah
Kesalahan pemahaman ini sering muncul dari interpretasi yang keliru atau penekanan yang berlebihan pada kasih karunia Allah tanpa mengakui bahwa kasih karunia itu juga mengubah kita. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk membalas cinta dan pengorbanan Yesus bukan dengan dosa, tetapi dengan hidup yang mencerminkan karakter-Nya.
Implikasi Pengampunan dalam Kehidupan Kristen
Kasih dan Taat sebagai Respons
Dengan demikian, kekristenan mengajarkan bahwa sementara pengampunan tersedia melalui Yesus, itu harus memicu respons yang penuh kasih dan taat dalam kehidupan kita. Setiap tindakan dan keputusan kita harus tercermin dari rasa syukur kita atas apa yang telah diperbuat-Nya bagi kita—bukan mengambil keuntungan dari pengampunan sebagai alasan untuk terus berbuat salah.
Perbandingan dengan Pandangan Lain
Perspektif Unik dalam Kekristenan
Berbeda dengan beberapa pandangan agama yang mungkin mengajarkan bahwa dosa-dosa umatnya akan ditanggungkan kepada umat agama lain sehingga mereka bisa masuk ke surga, kekristenan menekankan tanggung jawab pribadi dan transformasi hati. Ajaran ini menggarisbawahi bahwa keselamatan dan pengampunan dosa bukanlah alasan untuk berbuat dosa, melainkan panggilan untuk hidup sesuai dengan ajaran dan teladan Yesus Kristus.
Kesimpulan
Kesimpulannya, pandangan bahwa orang Kristen dapat berbuat dosa seenaknya karena sudah ditebus oleh Yesus Kristus adalah kesalahpahaman yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Penebusan oleh Yesus seharusnya mendorong perubahan hidup yang nyata dan tindakan yang mencerminkan iman yang sejati. Kekristenan mengajarkan bahwa pengampunan dosa adalah awal dari kehidupan baru yang penuh tanggung jawab, kasih, dan ketaatan kepada Tuhan. Tuhan memberkati.