Allah sudah membuat janji kepada Nabi Ibrahim dan Ibu Sara bahwa mereka akan diberkati dengan seorang anak. Melalui anak ini Allah akan menetapi janjiNya untuk memberkati semua orang. Sepuluh tahun sudah lewat dan Ibu Sara belum punya anak. Sara sudah berumur 75 tahun dan dari pikiran manusia dia sudah tidak bisa menjadi hamil. Karena usianya, Sara mulai tidak percaya janji Allah kepada dia dan suaminya.
Pada zaman itu ada kebiasaan bahwa seorang anak yang dilahirkan dari seorang hamba oleh sang suami akan menjadi milik sang istri sebagai anaknya sendiri. Jadi, hamba Ibu Sara, namanya Hagar, menjadi hamil secara itu. Tetapi hamba itu menjadi sombong dan memandang rendah kepada nyonyanya, Ibu Sara. Lalu Ibu Sara menyalahkan Nabi Ibrahim, katanya, “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu. Seketika Hagar sadar bahwa dia sudah mengandung, dia memandang rendah akan aku. Semoga Allah menjadi Hakim antara aku dan engkau.”
Kata Nabi Ibrahim, “Hambamu itu di bawa kuasamu. Perbuatlah kepadanya menurut keinginanmu.” Jadi Ibu Sara menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.
Lalu malaikat Tuhan bertemu dengan Hagar dekat suatu mata air di padang gurun. Katanya, “Hagar, hamba Sara, mau ke mana?”
Jawabnya, “Aku lari meninggalkan Ibu Sara, nyonyaku.” Kata malaikat, “Pulanglah. Biarkanlah engkau tunduk di bawa kekuasaan Sara. Aku akan membuat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung. Engkau akan melahirkan seorang anak laki‑laki dan memberi nama Ismail kepadanya. (Ismail berarti ”Allah mendengar”.) Allah sudah mendengar tentang penindasan atasmu itu. Tetapi anakmu akan hidup menentang semua saudaranya.” Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki‑laki bagi Nabi Ibrahim dan menamainya Ismail sesuai dengan perkataan Malaikat tersebut.
Ketika Ishmael berumur 13 tahun, Allah menyuruh Nabi Ibrahim supaya setiap laki‑laki di rumah tangganya disunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Nabi Ibrahim. Allah memberitahukan Nabi Ibrahim bahwa Ismail bukan anaknya yang dijanjikan karena anak perjanjian Allah akan dilahirkan oleh Ibu Sara. Walaupun begitu, Allah mengasihi Ismail karena dia anak Nabi Ibrahim, dan Allah berjanji bahwa Ismail juga akan diberi banyak keturunan.
Setelah anak perjanjian dari Ibu Sara lahir, Nabi Ibrahim mengadakan pesta gede. Ismail sudah belasan tahun dan dia mengejek anak Sara. Ibu Sara tersinggung dan menyuruh Nabi Ibrahim untuk mengusir Hagar dan Ismail, katanya, “Anak Hagar tidak boleh menerima sebagian dari warisan anakku.”
Nabi Ibrahim sangat sedih karena dia sayang kepada anaknya. Tetapi Allah sendiri menyuruh Nabi Ibrahim untuk mengabulkan permintaan Sara.
Hari berikutnya pagi‑pagi benar, Nabi Ibrahim memberi bekal dan air kepada Hagar dan menyuruh Hagar dan Ismail pergi meninggalkan mereka. Mereka mengembara di padang gurun sampai air minum itu habis. Lalu Hagar meninggalkan Ismail di bawah semak‑semak dan duduk agak jauh dan menangis. “Saya tidak bisa melihat anakku mati kehausan.”
Allah mendengar suara Ismail yang juga menangis. Lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar: “Hagar, mengapa putus asa? Jangan takut, sebab, Allah sudah mendengar suara anakmu. Bangunlah, ambil anakmu dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.”
Kemudian Allah membuka mata Hagar dan dia melihat sebuah sumur. Mereka dapat minum dari sumur itu. Allah menyertai Ismail sehingga ia bertambah besar. Ia tinggal di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Ibunya mengambil seorang istri bagi Ismail dari Mesir. Ketika Ismail sudah dewasa, Allah memberkati dia dan memberi 12 anak laki‑laki kepadanya yang menjadi kepala atau raja, masing‑masing dengan sukunya. Di kemudian hari, Ismail menolong Isyak menguburkan Ibrahim, ayah mereka.