Nabi Ibrahim sudah berumur 99 tahun dan istrinya, Sarah, 89 tahun. Mereka belum mempunyai anak, tetapi janji Allah kepada mereka masih diingatnya.
Pada suatu hari, karena sudah siang, lagi pula udara sangat panas, Nabi Ibrahim duduk di pintu kemahnya. Tiba-tiba ia melihat ada tiga orang berdiri di depannya. Nabi Ibrahim menyambut mereka. Ia mengundang mereka makan dan beristirahat sebelum mereka meneruskan perjalanan.
Tiga orang itu sebetulnya adalah dua malaikat dan Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia untuk berbicara kepada Nabi Ibrahim. Mereka mempunyai dua tujuan. Yang pertama, Allah memberitahu Nabi Ibrahim bahwa sembilan bulan lagi istrinya, Sarah, akan melahirkan seorang bayi laki-laki.
Waktu Allah berbicara dengan Nabi Ibrahim, Sarah mengintip dan mendengarkan dari kemah. Ketika ia mendengar berita itu, ia tertawa dan berkata dalam hatinya, “Aku sudah tua dan layu begini, bagaimana mungkin dapat hamil dan melahirkan anak?” Berapa umur Sarah sekarang?
Lalu Allah berkata kepada Nabi Ibrahim, “Mengapa Sarah tertawa dan meragukan bahwa ia dapat melahirkan anak pada masa tuanya? Adakah sesuatu yang mustahil bagi-Ku?”
Jadi, Nabi Ibrahim dan istrinya sudah diberitahu bahwa pada tahun berikutnya mereka akhirnya akan mempunyai anak yang sudah lama dijanjikan oleh Allah.
Tujuan yang kedua: Allah berkata kepada Nabi Ibrahim, “Ada tuduhan yang berat terhadap dua kota ini: Sadum dan Ghamur. Memang dosa penduduk kedua kota itu sangat besar.” Allah memberitahu Nabi Ibrahim apa yang akan dilakukan-Nya. Dia akan memusnahkan kedua kota itu, Sadum dan Ghamur, karena dosa penduduknya sangat besar.
Siapakah yang ingat, siapa yang tinggal di dekat kota Sadum? Benar, Luth! Sebetulnya Luth sekeluarga sudah pindah ke kota Sadum.
Nabi Ibrahim mendekati Allah dan bertanya, “Benarkah Engkau akan membinasakan semua orang di Sadum dan Ghamur? Seandainya ada 50 orang yang tidak bersalah di dalam kota itu, apakah seluruh penduduk kota itu akan dibinasakan?”
Allah berkata, “Kalau ada 50 orang yang benar, maka akan Kuampuni seluruh kota itu.” Nabi Ibrahim berkata lagi, “Ampunilah keberanian saya. Saya ini hanya manusia, dan tidak berhak untuk mengatakan sesuatu. Tetapi bagaimana kalau ada 45 orang benar di kota itu, bukan 50, apakah Engkau ya Tuhanku akan menghancurkan seluruh kota itu hanya karena kurang 5 orang?”
Allah menjawab, “Kalau ada 45 orang benar, Aku tidak akan membinasakan semua penduduknya.” Nabi Ibrahim berkata lagi, “Bagaimana kalau hanya ada 40 orang benar?”
Allah menjawab, “Kalau ada 40 orang benar, maka akan Kubatalkan niat-Ku.”
Nabi Ibrahim berkata, “Jangan marah, ya Allah, ya Tuhan, tetapi kalau hanya ada 30 orang benar?”
Allah berkata, “Jika Kudapati 30 orang benar, akan Kuampuni kota itu.”
Lebih berani lagi Nabi Ibrahim bertanya, “Tuhan, ampunilah keberanian saya, tetapi seandainya hanya ada 20 orang benar?”
Allah menjawab, “Jika ada 20 orang benar, maka kota itu tak akan Kubinasakan.”
Akhirnya Nabi Ibrahim berkata, “Janganlah marah, ya Allah, ya Tuhan, saya hanya akan berbicara sekali lagi. Bagaimana jika hanya ada 10 orang benar?”
Allah berkata, “Jika ada 10 orang yang tidak bersalah, Aku tidak akan membinasakan penduduk kota itu.” Setelah selesai berbicara dengan Nabi Ibrahim, Allah pergi, dan Nabi Ibrahim pun pulang.
Lalu kedua malaikat itu pergi ke Sadum untuk mencari Luth. Allah memeriksa Sadum dan Ghamur. Ternyata di situ tidak ada 10 orang yang benar. Jadi kedua malaikat itu memperingatkan Luth, keponakan Nabi Ibrahim, bahwa esok hari Allah akan melenyapkan kota Sadum dan Ghamur. Dengan cepat Luth memberitahukan hal itu kepada saudara-saudaranya, tetapi mereka tidak percaya. Mereka tidak memperhatikan peringatan Luth.
Keesokan harinya kedua malaikat itu menyuruh Luth, istrinya, dan kedua anak gadisnya cepat-cepat keluar dari kota itu. Mereka lari ke gunung-gunung dan diperingatkan: “Jangan menoleh ke belakang!”
Tiba-tiba Allah mengirim adzab yang berupa api dari atas untuk membakar kedua kota itu, yakni Sadum dan Ghamur, sampai habis. Semua orang di situ mati terbakar. Mereka tidak menanggapi peringatan Allah.
Waktu Luth dan keluarganya sedang lari dari Sadum, istri Luth menoleh ke belakang. Ia tidak menaati peringatan malaikat. Seketika itu juga ia berubah menjadi tiang garam. Allah ingat kepada Nabi Ibrahim dan menolong Luth melarikan diri.
(Dari Kitab Suci Taurat, Kejadian 19)
Cerita lanjut disini – Ibrahim Diuji