Yusuf adalah salah satu tokoh Alkitab yang perjalanannya dipenuhi dengan tantangan, pengkhianatan, dan pemulihan yang luar biasa. Kisahnya bukan hanya tentang impian, tetapi juga tentang bagaimana Tuhan bekerja melalui segala situasi, bahkan yang tampak sebagai kemalangan.
Melalui kisah Yusuf, kita melihat bagaimana Tuhan mengubah penderitaan menjadi kemuliaan, bagaimana iman dan kesetiaan tetap teruji dalam cobaan, serta bagaimana pengampunan bisa membawa pemulihan.

Yusuf, Anak yang Dikasihi dan Dibenci
Yakub, ayah Yusuf, memiliki 12 anak laki-laki, tetapi Yusuf adalah yang paling disayangi karena ia adalah anak dari Rahel, istri yang paling dicintainya. Sebagai tanda kasihnya, Yakub memberikan Yusuf jubah berwarna-warni—suatu hal yang melambangkan keistimewaannya di antara saudara-saudaranya.
Namun, kasih istimewa ini justru menimbulkan kecemburuan dan kebencian di hati saudara-saudaranya.
“Ketika saudara-saudaranya melihat, bahwa ayah mereka lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.”
Kecemburuan itu semakin besar ketika Yusuf mulai menerima mimpi dari Tuhan. Dalam mimpinya, Yusuf melihat dirinya sebagai pemimpin yang dihormati oleh keluarganya. Ketika ia membagikan mimpi itu kepada saudara-saudaranya, kebencian mereka semakin mendalam.
“Lihatlah, si pemimpi itu datang!”
Kata-kata ini bukan sekadar sindiran, tetapi juga menunjukkan bagaimana saudara-saudaranya ingin menghancurkan impian Yusuf.

Dikhianati dan Dijual sebagai Budak
Suatu hari, Yakub mengutus Yusuf untuk memeriksa saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan domba. Ketika Yusuf mendekat, saudara-saudaranya melihat kesempatan untuk menyingkirkannya.
Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke dalam sumur yang kering, tanpa belas kasihan. Pada awalnya, mereka berencana untuk membunuhnya, tetapi kemudian mereka melihat rombongan pedagang Midian yang sedang menuju Mesir. Mereka pun menjual Yusuf sebagai budak.
“Lalu mereka mengambil jubah Yusuf, menyembelih seekor kambing, dan mencelupkan jubah itu ke dalam darahnya.”
Dengan cara ini, mereka menipu ayah mereka, Yakub, membuatnya percaya bahwa Yusuf telah dimakan oleh binatang buas. Hati Yakub hancur, dan ia meratap atas “kehilangan” anak yang paling dikasihinya.

Diuji dalam Rumah Potifar
Sesampainya di Mesir, Yusuf dijual kepada Potifar, seorang pejabat penting di istana Firaun. Meskipun ia berada di negeri asing dan dalam keadaan sulit, Tuhan tetap menyertainya.
Yusuf menjadi pelayan yang sangat dipercaya. Semua yang ia lakukan berhasil, dan Potifar pun memberikan wewenang kepadanya untuk mengatur seluruh rumah tangganya.
Namun, cobaan datang ketika istri Potifar berusaha menggoda Yusuf. Yusuf menolak, karena ia tidak ingin berbuat dosa terhadap Tuhan.
“Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Tuhan?”
Karena sakit hati dan marah, istri Potifar memfitnah Yusuf, menuduhnya berusaha mencemarinya. Potifar pun murka dan memasukkan Yusuf ke dalam penjara, meskipun ia tidak bersalah.

Dibentuk dalam Penjara dan Dipersiapkan untuk Kemuliaan
Di dalam penjara, Yusuf tidak kehilangan imannya. Tuhan tetap menyertainya, dan ia mendapatkan kepercayaan dari kepala penjara.
Suatu hari, dua pejabat kerajaan—juru minuman dan juru roti Firaun—dipenjara karena kesalahan mereka. Keduanya bermimpi, tetapi tidak ada yang bisa menafsirkannya.
Yusuf berkata,
“Bukankah tafsir itu kepunyaan Tuhan? Ceritakanlah kepadaku.”
Dengan hikmat dari Tuhan, Yusuf menafsirkan mimpi mereka dengan tepat. Juru minuman akan kembali ke posisinya, sementara juru roti akan dihukum mati. Segala sesuatu terjadi seperti yang dikatakan Yusuf.
Namun, setelah dibebaskan, juru minuman lupa akan Yusuf, meninggalkannya dalam penjara lebih lama.
Pelajaran dari Kisah Yusuf
1. Tuhan Menyertai dalam Setiap Keadaan
Meskipun Yusuf dikhianati, dijual, difitnah, dan dipenjara, Tuhan tetap menyertainya. Segala sesuatu yang ia lakukan berhasil, bukan karena kemampuannya sendiri, tetapi karena tangan Tuhan bekerja dalam hidupnya.
“Tuhan menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya.”
2. Kesetiaan dalam Godaan
Yusuf menghadapi godaan besar ketika istri Potifar menginginkannya. Namun, ia memilih untuk tetap setia kepada Tuhan. Hal ini mengajarkan kita bahwa lebih baik kehilangan segalanya daripada kehilangan hubungan dengan Tuhan.
3. Tuhan Menggunakan Penderitaan untuk Membentuk Karakter
Setiap peristiwa dalam hidup Yusuf adalah bagian dari proses Tuhan untuk mempersiapkannya menuju rencana yang lebih besar. Penjara bukanlah akhir, tetapi tempat persiapan menuju istana.
“Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalan-Ku bukanlah jalanmu.”
Kesimpulan: Mimpi yang Mengubah Segalanya
Kisah Yusuf menunjukkan bagaimana Tuhan bisa mengubah penderitaan menjadi kemuliaan. Meskipun Yusuf menghadapi banyak pengkhianatan, ia tetap setia dan percaya bahwa Tuhan memiliki rencana besar dalam hidupnya.
Pada akhirnya, Yusuf tidak hanya dibebaskan dari penjara tetapi juga diangkat menjadi penguasa di Mesir, mengatur segala sesuatu di bawah Firaun.
“Kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Tuhan telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.”
Kisah ini
mengingatkan kita bahwa dalam setiap tantangan hidup, Tuhan memiliki rencana yang jauh lebih besar.
Impian yang tampak mustahil bagi manusia tetap mungkin bagi Tuhan.