Bagi siapa pun yang merasa terbuang, terlupakan, atau tidak berharga, kisah ini membawa pengharapan bahwa Yesus melihat, peduli, dan siap memulihkan setiap luka, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi di dalam hati.
Dalam perjalanan pelayanan-Nya, Yesus kerap dikelilingi oleh banyak orang yang berharap mendapat mukjizat dan jawaban atas penderitaan mereka. Salah satu kisah yang sangat menyentuh adalah tentang seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun. Peristiwa ini bukan hanya tentang penyembuhan fisik, tetapi juga tentang iman, identitas, dan pemulihan menyeluruh yang diberikan oleh Yesus.

Seorang Ayah yang Putus Asa dan Seorang Perempuan yang Terlupakan
Saat Yesus sedang berada di tengah kerumunan, seorang pria bernama Yairus—seorang pemimpin di rumah ibadat—datang dengan wajah penuh kecemasan. Anaknya yang masih kecil sedang sekarat. Dengan penuh iman, dia bersujud di hadapan Yesus dan memohon agar Yesus menumpangkan tangan atas anaknya supaya sembuh. Yesus, dengan penuh belas kasih, setuju untuk pergi ke rumah Yairus.
Namun, perjalanan ke rumah Yairus tidak mudah. Kerumunan besar mengikuti Yesus, berdesakan untuk mendekati-Nya. Di antara banyaknya orang, ada seorang perempuan yang diam-diam berusaha menjangkau-Nya.

Perempuan yang Menderita Selama Dua Belas Tahun
Perempuan ini bukanlah seseorang yang menonjol di masyarakat. Sebaliknya, ia hidup dalam kesendirian dan penderitaan. Selama dua belas tahun, ia mengalami pendarahan yang tidak kunjung sembuh. Dalam budaya saat itu, kondisi ini membuatnya dianggap “najis,” sehingga ia dijauhi oleh masyarakat, bahkan mungkin oleh keluarganya sendiri.
Selama bertahun-tahun, ia telah mencoba berbagai cara untuk sembuh. Ia pergi ke banyak tabib dan menghabiskan seluruh hartanya, tetapi keadaannya justru semakin buruk. Dalam keputusasaan, ia mendengar tentang Yesus. Hanya dengan satu keyakinan dalam hatinya, ia berpikir, Jika aku hanya menyentuh jubah-Nya, aku akan sembuh.

Sentuhan Iman yang Mengubah Segalanya
Dengan penuh tekad, ia menyelinap di antara kerumunan, berharap agar tidak ada yang mengenalinya. Saat ia berhasil menyentuh ujung jubah Yesus, sesuatu yang luar biasa terjadi. Seketika itu juga, pendarahannya berhenti. Ia merasakan kesembuhan mengalir ke seluruh tubuhnya.
Namun, yang mengejutkan semua orang, Yesus tiba-tiba berhenti dan bertanya, “Siapa yang menjamah Aku?” Murid-murid-Nya kebingungan. Bagaimana mungkin Yesus bertanya demikian di tengah kerumunan yang berdesakan? Tetapi Yesus tahu bahwa ada seseorang yang menjamah-Nya dengan iman, karena Ia merasakan kuasa keluar dari diri-Nya.
Pengakuan dan Pemulihan Identitas
Perempuan itu gemetar ketakutan. Selama ini, ia hidup dalam stigma dan penolakan. Apa yang akan terjadi jika Yesus marah? Namun, dengan keberanian yang tersisa, ia maju, bersujud, dan mengakui semuanya. Ia mengungkapkan penderitaan yang ia alami selama bertahun-tahun, dan bagaimana ia percaya bahwa hanya dengan menyentuh jubah Yesus, ia bisa sembuh.
Respons Yesus sungguh mengejutkan. Ia tidak menegur perempuan itu, tidak menghakiminya, dan tidak menjauhinya seperti yang dilakukan oleh masyarakat. Sebaliknya, Ia menatapnya dengan penuh kasih dan berkata, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan damai dan jadilah sembuh dari penyakitmu.”
Yesus bukan hanya menyembuhkan tubuhnya, tetapi juga memulihkan identitasnya. Ia memanggil perempuan itu anak-Ku—sebuah panggilan yang penuh dengan kasih dan penerimaan. Setelah bertahun-tahun hidup dalam penolakan, kini ia diakui sebagai seseorang yang berharga di hadapan Tuhan.

Pelajaran dari Kisah Perempuan Pendarahan
1. Iman yang Berani
Perempuan ini mengambil risiko besar dengan datang ke tengah kerumunan dan menyentuh jubah Yesus. Imannya bukan hanya pasif, tetapi aktif. Ia bertindak berdasarkan keyakinannya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkannya.
2. Yesus Mengenal Setiap Orang Secara Pribadi
Di tengah kerumunan besar, Yesus tetap menyadari satu orang yang menjamah-Nya dengan iman. Ini menunjukkan bahwa bagi Yesus, tidak ada satu pun orang yang tidak terlihat atau tidak penting.
3. Penyembuhan yang Menyeluruh
Yesus tidak hanya menyembuhkan fisik perempuan itu, tetapi juga memulihkan emosinya, martabatnya, dan hubungan rohaninya dengan Tuhan. Kesembuhan dari Yesus selalu bersifat menyeluruh, mencakup tubuh, jiwa, dan roh.
4. Yesus Memulihkan Identitas
Ketika Yesus memanggilnya anak-Ku, Ia memberikan kembali kehormatan yang telah lama hilang dari perempuan itu. Demikian pula, Yesus datang untuk memulihkan identitas setiap orang yang merasa terbuang dan tidak berharga.
Kesimpulan
Kisah perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun adalah kisah tentang iman yang luar biasa dan belas kasih Yesus yang tak terbatas. Ia datang kepada Yesus dengan keberanian dan keyakinan, dan ia menerima lebih dari sekadar kesembuhan fisik—ia mendapatkan pemulihan total dalam hidupnya.